CHAPTER XVI: Kau Bisa Mencintai Seseorang untuk Selamanya, Juga Membenci Seseorang untuk Selamanya

XMOaS

Mencintai atau membenci seumur hidup, aku hanya ingin kau mengingatku seumur hidup.

“Xiao Shu, saya menyerahkan proyek perancangan taman almond blossom ini padamu.” CEO Geo Landscape menyerahkan proyek tahunan terbesar itu pada Shu Yawang.

“Saya akan berusaha sebaik mungkin.” Yawang mengangguk pasti.

“Baiklah, kalau tidak ada hal lain, rapat kita tutup!” Sang CEO melambaikan tangannya dan setiap karyawan bangkit berdiri untuk meninggalkan ruang rapat tersebut. Yawang berjalan di antara kerumunan karyawan tersebut, memo rapat tergenggam erat di tangannya. Karyawan magang, Lin Yu Chen, yang berjalan di samping Yawang, tersenyum.

“Shu Jie, biarkan saya yang membantumu kali ini, saya ingin belajar lebih banyak.” Yawang berjalan lurus tanpa menoleh untuk menatap Yu Chen. Yawang bahkan tidak berpikir banyak ketika berkata,

“Boleh saja.” Lin Yu Chen sangat senang sampai-sampai ia membungkuk hormat pada Yawang.

“Terima kasih, Shu Jie!” Yawang menatap senyum semangat Yu Chen dan tersenyum lembut. Tetapi, seketika Yawang menoleh, ekspresi lembut di wajahnya menghilang. Matanya menjadi sedingin es ketika ia menatap ke ujung lorong. Lin Yu Chen mengikuti arah tatapan Yawang dan mendapati seorang pria yang mereka temui malam sebelumnya. Pria itu tersenyum lembut pada Yawang. Pria itu, kalau Yu Chen tidak salah ingat, adalah mantan suami Yawang. Lin Yu Chen menoleh untuk menatap Yawang, ia melihat Yawang menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinganya sebelum berjalan ke arah pria tersebut.

| Passion Heaven |

“Mencariku?” Yawang bertanya dingin.

“Tentu saja.” Shu Yawang kembali menatap Lin Yu Chen, Lin Yu Chen segera menganggukkan kepalanya dan pergi, meninggalkan kedua orang itu di ujung lorong. Yawang mengerutkan dahinya pada Wei Ran.

“Kenapa kau mencariku?” Sebelum meninggalkan Kota S, Yawang meminta seorang pengacara untuk membantu mengurus perceraiannya dengan Qu Wei Ran. Karena pernikahan tersebut dilaksanakan secara tidak sukarela, maka segala prosedur dapat diselesaikan dengan lancar dan mereka resmi bercerai enam bulan setelah kepergian Yawang dari Kota S. Shu Yawang mendengar bahwa Qu Wei Ran meminta pengampunan hukuman atas alasan pengobatan medis dan kemudian pergi ke Amerika untuk pengobatannya. Melihat Wei Ran yang sekarang, sepertinya pengobatannya berjalan dengan baik. Qu Wei Ran menatap Yawang sambil tersenyum.

“Aku merindukanmu dan ingin melihatmu.” Yawang bahkan tidak mengedipkan matanya sedikit pun ketika ia memandang Wei Ran dengan sinis.

“Kau sudah melihatku sekarang, jadi kau boleh pergi.”

“Yawang-ah, kenapa kau selalu memerlakukanku seperti ini?” Wajah tampan Qu Wei Ran menampakkan kesedihan. Ia membungkuk sedikit untuk mendekat pada Yawang.

“Kalau kau terus seperti ini, aku akan marah.” Yawang tidak melangkah mundur dan malah memelototi Wei Ran dengan tatapan dinginnya.

“Kau kira aku akan takut setelah kau berkata begitu? Qu Wei Ran, kuberitahu sesuatu, aku yang tidak mempunyai apa-apa lagi sekarang tidak akan takut denganmu. Kalau kau mau mati, coba pancing aku lagi.” Yawang tidak menoleh sedikit pun untuk menatap Wei Ran ketika ia berbalik untuk pergi. Qu Wei Ran memutar badannya dengan dan menarik Yawang dengan paksa.

“Shu Yawang, kau semakin tangguh sekarang.” Yawang tidak meronta dari cengkeraman Wei Ran, ia malah mengerutkan dahinya.

“Belum cukupkah? Berapa lama lagi kau akan terus menempel padaku? Aku tidak lagi mempunyai kebahagiaan yang kau cemburui. Aku bukan lagi kekasih siapapun. Kau sudah menghancurkan semua yang kupunya, apa lagi yang kau mau? Apa kau mau aku mati? Kalau aku mati, apa kau akan melepasku?!” Yawang mengusap wajahnya dan kemudian menatap Wei Ran dengan ekspresi lelah.

“Qu Wei Ran, apa yang kau inginkan dariku?” Wei Ran mencengkeram erat tangan Yawang dan tidak menjawab.

“Katakan! Apa yang kau inginkan dariku?!” Yawang bertanya dengan marah.

“Tidak bisakah kau mencintaiku?” Kedua mata Qu Wei Ran samar-samar menunjukkan sedikit kepanikan. Pria ini, yang sudah berumur hampir tiga puluh tahun, tersipu ketika mengutarakan isi hatinya yang sesungguhnya.

“Yawang, bisakah kau mencintaiku?” Yawang terkejut, kemudian tertawa.

“Qu Wei Ran, kau benar-benar lucu.”

“Inilah alasan kenapa aku membencimu, di matamu aku selalu dianggap main-main.” Wei Ran melepaskan cengkeramannya pada tangan Yawang dan mengusap wajahnya yang menunjukkan ekspresi terluka.

“Aku memang orang yang seperti ini. Aku harus mendapatkan apa yang kusuka, dan menghancurkannya jika aku tidak berhasil mendapatkannya.”

“Tetapi Yawang, setelah menghancurkanmu pun aku masih merindukanmu. Walaupun kau tidak pernah mengatakan sesuatu yang baik terhadapku, atau tersenyum padaku, aku masih merindukanmu.” Wei Ran terdiam sejenak sebelum melanjutkan,

“Aku tidak menyesali apa yang sudah kuperbuat padamu, mencintai atau membenci seumur hidup, aku hanya ingin kau mengingatku seumur hidup.” Shu Yawang tidak menjawab apapun, ia tidak tahu harus berkata apa. Ketika berbicara dengan Qu Wei Ran, ia selalu kehilangan kata-kata, terdiam karena marah, merasa benci dan terganggu. Walaupun setelah mendengar pengakuan tulus dari Wei Ran, Yawang masih tetap sama, kehilangan kata-kata. Wei Ran melangkah menjauh dari Yawang.

“Jangan khawatir, aku tidak akan mencarimu lagi.” Wei Ran berbalik dan pergi. Yawang menatap punggung Wei Ran sampai ia menghilang di ujung lorong sebelum pada akhirnya Yawang juga berbalik dan pergi. Jika mereka tidak bertemu dari awal, akankah semuanya lebih baik?

| Passion Heaven |

Di akhir pekan, Yawang bangun lebih awal untuk mempersiapkan dirinya, ia memoles dirinya dengan tampilan yang natural dan elegan. Setelah Yawang membuka lemari bajunya dan merenung cukup lama, ia akhirnya memilih satu set pakaian dengan warna dasar putih. Yawang mematut dirinya di depan cermin, ia mengangkat tangannya dan melepaskan ikatan rambutnya yang tadi dicepol, membiarkan rambutnya tergerai bebas, rambut panjang dan ikalnya membuat Yawang terlihat lebih stylish. Yawang memerhatikan pantulan dirinya di cermin dengan senyum yang tercetak di bibirnya, ia meneliti setiap detil dirinya dengan seksama. Dibandingan dengan enam tahun lalu, Yawang yang sekarang terlihat lebih dewasa, tidak lagi terlihat seperti seorang remaja yang masih labil. Yawang menghembuskan nafas panjang, benar-benar, kenapa aku malah segugup ini sekarang?

Yawang meraih dompetnya dan berjalan keluar. Yuan Zhu sedang menikmati sarapannya di ruang tengah ketika ia melihat Yawang.

“Wah, ada apa hari ini sampai kau berdandan secantik ini?” Yawang membuka pintu depan dan tersenyum lebar.

“Aku akan menjemput Xia Mu.”

“Oh, hari ini Xia Mu dibebaskan?” Yuan Zhu bertanya dengan suara lantang, tetapi jawaban yang didapatkannya hanyalah suara pintu yang ditutup. Yawang memanggil sebuah taksi untuk mengantarnya sampai ke halte bis, ia kemudian membeli selembar tiket menuju Kota S, dan melanjutkan perjalanannya dengan bis lain menuju penjara pusat di Kota S.

| Passion Heaven |

Gerbang besi di pusat tahanan Kota S tertutup rapat, dan ketika Yawang sampai di sana, waktu menunjukkan sekitar pukul dua siang. Yawang menunduk dan memeriksa jam tangannya, ia menghembuskan nafas lega ketika merasa yakin bahwa ia tidak terlambat. Ada sebuah lapangan besar di luar gedung tersebut, dengan tidak satu pun benda yang akan menghalangi pandangan. Ketika angin meniup rambut Yawang, ia segera menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangannya.

Setelah menunggu sejenak, pintu utama dari gedung tersebut terbuka, menimbulkan suara mendecit yang cukup mengganggu pendengaran. Yawang dengan cepat merapikan rambutnya dan berjalan beberapa langkah ke depan. Yawang memerhatikan dengan seksama ketika sebuah pintu di depan pintu masuk terbuka, sepasang kaki panjang yang melangkah keluar, diikuti dengan perawakan tubuh yang tinggi dan kurus. Xia Mu berjalan dua langkah ke depan, ia berdiri di bawah sinar matahari, Xia Mu mengangkat kepalanya dan menyipitkan matanya untuk menatap langit biru yang cerah siang itu. Shu Yawang memerhatikan Xia Mu dari kejauhan, Xia Mu memakai sebuah jaket berwarna biru tua dan sebuah topi bisbol, wajah indahnya kehilangan jejak-jejak keluguan seorang remaja. Xia Mu kelihatannya mendapati Yawang yang sedang menatapnya ketika ia menoleh. Xia Mu masih sama seperti dulu dengan wajah tanpa ekspresinya. Yawang menatap Xia Mu dengan kedua sudut bibir yang terangkat membentuk senyum, ia tersenyum lembut pada Xia Mu. Ketika Xia Mu melihat senyum Yawang, raut wajahnya melembut dan ia ikut tersenyum. Di bawah sinar matahari yang terik, kedua orang yang berdiri cukup jauh dari satu sama lain, saling menatap satu sama lain, dan saling memberi senyum pada satu sama lain.

Tidak ada yang tahu siapa yang memulai terlebih dahulu, tetapi jarak di antara keduanya semakin terkikis, keduanya berhenti ketika mereka berjarak satu langkah. Shu Yawang mengangkat kepalanya untuk menatap Xia Mu, Xia Mu sekarang lebih tinggi dan lebih tampan, tetapi auranya tetapi tidak berubah dengan wajahnya yang tampan dan kurus, menampakkan wajah tak berekspresinya, kedua matanya masih sama kosong dan dinginnya, dan tentu saja, lingkaran hitam di bawah matanya yang tidak pernah hilang. Yawang menatap Xia Mu dengan seksama, menatap lebih dekat dan lebih hati-hati, bibir Yawang tidak pernah berhenti tersenyum, tetapi kedua mata Yawang memerah dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya dan kemudian turun mengaliri pipinya. Xia Mu mengangkat tangannya untuk menghapus air mata di wajah Yawang, Yawang meraih tangan Xia Mu dan menggenggamnya erat-erat. Yawang kemudian memerhatikan tangan Xia Mu, tangan Xia Mu sekarang keras dan kasar. Yawang mengusap telapak tangan Xia Mu dan tiba-tiba menangis keras, tangannya… sepasang tangan indah yang layaknya karya seni tak tergantikan itu… sekarang dipenuhi dengan luka dan goresan, seperti tangan para buruh kasar. Sebenarnya semenderita apa Xia Mu selama di penjara? Yawang mengusap-usap tangan Xia Mu, seperti berusaha mengembalikan telapak tangan Xia Mu yang lembut seperti dulu.

Xia Mu menghela nafas kasar dan menarik tangannya, ia kemudian beralih memeluk Yawang dengan sangat erat.

“Jangan menangis, kau tahu aku takut melihatmu menangis.” Xia Mu berkata lembut. Yawang balas memeluk Xia Mu dan mengangguk dalam pelukannya.

“Aku tidak menangis, tidak akan menangis.” Yawang menjawab. Ia memeluk Xia Mu masih sambil menangis, dan ketika pada akhirnya ia berhasil menenangkan diri, Yawang mengusap wajahnya, menghapus sisa-sisa air mata di pipinya. Yawang kemudian mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar pada Xia Mu.

“Xia Mu, selamat datang kembali.” Xia Mu tersenyum kecil.

“Mmm.”

| Passion Heaven |

Dalam perjalanan pulang, Xia Mu tertidur lelap dengan kepala yang bersandar pada bahu Yawang. Yawang menggenggam erat tangan Xia Mu dan menatapnya dengan raut sedih. Dia pasti tidak tidur nyenyak selama di penjara. Lihat, kantung matanya semakin parah. Dan ia pasti tidak makan dengan baik, lihat, pipinya menjadi setirus ini. Yawang menggigit bibirnya, ia berusaha menahan air mata yang terasa penuh di pelupuk matanya. Yawang ingin membangunkan Xia Mu dan memeluk Xia Mu erat-erat, ia ingin memberitahu Xia Mu bahwa penderitaannya sudah berakhir. Mulai saat ini, Yawang akan terus berada di sisi Xia Mu, membuat hidup Xia Mu lebih berwarna, dan melakukan hal-hal yang diinginkan Xia Mu. Yawang tidak akan membiarkan Xia Mu menderita dan tersakiti lagi. Tepat saat itu, ponsel Yawang berbunyi dan ia dengan panik mencari ponselnya di dalam tas, takut bunyi ponselnya mengganggu tidur Xia Mu. Yawang memalingkan wajahnya ketika ia menjawab panggilan tersebut.

“Halo?”

“Yawang, apa kau sudah menjemput Xia Mu?” Ayah Yawang bertanya.

“Sudah.”

“Bagaimana dia?”

“Cukup baik, cukup bersemangat.”

“Baguslah, jaga dia baik-baik.”

“Jangan khawatir, aku tahu.”

“Baiklah, Ayah tutup teleponnya sekarang. Bawa dia pulang segera.” Yawang dan ayahnya berbicara beberapa hal kecil lainnya sebelum akhirnya mengakhiri panggilan tersebut. Yawang menoleh untuk menatap Xia Mu dan mendapati bahwa Xia Mu sudah terbangun, masih dengan kepala yang bersandar nyaman pada bahu Yawang.

“Apa aku membangunkanmu?”

“Tidak.” Kenyataannya, Xia Mu sama sekali tidak tidur sejak tadi; ia hanya suka bersandar pada Yawang seperti itu. Xia Mu ingat bahwa ketika ia masih kecil, ia selalu bersandar pada punggung Yawang, tetapi seiring berjalannya waktu, ia sudah lama tidak melakukannya lagi. Perasaan dekat yang dirasakannya itu, Xia Mu sangat merindukannya, dan sangat menyukainya. Yawang melihat bahwa Xia Mu sama sekali tidak berniat untuk bergeser sedikit pun, jadi Yawang duduk diam di tempatnya dan tidak bergeser, ia membiarkan Xia Mu bersandar pada bahunya. Yawang menoleh untuk menatap pemandangan yang berlalu di luar jendela. Banyak hal yang terjadi selama enam tahun ini; dua tahun lalu, kakek Xia Mu divonis dengan kanker hati dan langsung dibawa ke Amerika untuk pengobatan. Seharusnya, beliau sudah kembali ketika Xia Mu dibebaskan, tetapi karena Komandan Xia baru saja menjalani operasi beberapa waktu yang lalu, maka beliau tidak disarankan untuk melakukan perjalanan udara. Selain itu, Xia Mu menolak siapapun yang ingin menjemputnya di hari kebebasannya, kecuali Yawang. Di dalam hati Xia Mu, selain kakeknya, hanya Yawang yang disayanginya.

| Passion Heaven |

Kereta itu perlahan berhenti ketika mendekati Kota S, dan tepat ketika Xia Mu dan Yawang turun dari kereta, mereka melihat sebuah limosin yang terparkir di depan mereka. Pintu dari kursi pengemudi terbuka, menampakkan figur Letnan Zheng. Paman Zheng menghampiri Xia Mu dan Yawang dengan bersemangat, ia menepuk-nepuk pundak Xia Mu.

“Xia Mu.”

“Paman Zheng.” Xia Mu dan Yawang menyapa.

“Ah ah.” Mata Paman Zheng mulai memerah dan ia memalingkan wajahnya ketika ia membukakan pintu limosin untuk Xia Mu dan Yawang.

“Kalian ternyata tidak melupakan Paman Zheng, dan malah meminta Paman untuk menjemput kalian.”

“Tidak masuk akal, Paman Zheng, bagaimana bisa kami melupakanmu?” Yawang tertawa. Xia Mu meletakkan koper-koper mereka di dalam bagasi, kemudian duduk di dalam limosin sambil menggenggam tangan Yawang.

“Maaf merepotkanmu, Paman.”

“Apa yang merepotkan? Paman ini supir keluargamu.” Paman Zheng menyalakan mesin sambil terus melanjutkan pembicaraan.

“Karena kakekmu tidak di sini, Paman sudah lama tidak mengemudi.”

“Paman berlebihan.” Yawang tertawa.

“Bagaimana keadaan Kakek?” Xia Mu bertanya. Setiap kali Komandan Xia menelepon Xia Mu, beliau akan selalu berkata bahwa keadaannya baik-baik saja dan bahwa ia akan kembali ke Cina dalam waktu dekat, tetapi Xia Mu menunggu sampai sekarang, dan kakeknya masih belum pulang juga. Padahal sebenarnya, Komandan Xia menginginkan cucunyalah yang pergi menemuinya.

“Komandan baik, dokter berkata bahwa operasinya berhasil, tetapi beliau masih harus banyak berisitirahat untuk beberapa bulan.” Xia Mu merasa lega setelah mendengar balasan Paman Zheng.

“Baguslah.” Sekitar sepuluh menit kemudian, mereka sampai di kamp militer, waktu menunjukkan pukul dua subuh. Paman Zheng menghentikan mobilnya dan menoleh untuk membangunkan kedua orang yang tertidur dengan bersandar pada satu sama lain.

| Passion Heaven |

Shu Yawang membuka matanya dan menatap keluar jendela, walaupun hari masih sangat gelap, semuanya terasa tidak asing baginya. Barisan pohon juniper naga di luar pintu masuk kamp sepertinya tidak tumbuh sama sekali; begitu juga dengan pohon parasol cina yang sudah menggugurkan daunnya di musim dingin ini, pohon-pohon wintersweet dipenuhi dengan kuncup-kuncup putih yang sepertinya sudah siap untuk mekar. Semua ini terasa familiar untuk Yawang, seperti ia baru saja meninggalkan tempat ini kemarin. Yawang menutup kedua matanya dan mengumpulkan semua kenangan yang dimilikinya di sini ketika ia masih muda.

“Yawang?” Xia Mu menarik lengan Yawang. Yawang sontak membuka kedua matanya dan tersenyum ringan pada Xia Mu.

“Kita pulang.”

“Mmm.” Xia Mu mengangguk dan balik menatap Yawang. “Kita pulang.”

“Cepat, masuk sana.” Paman Zheng menggiring mereka masuk, dan sebelum ketiga orang itu sampai di ambang pintu, pintu terbuka. Bibi Mei, yang sudah menjadi pengasuh di keluarga Xia sejak lama, membawah sebuah wadah berisikan arang yang dibakar untuk dilangkahi Xia Mu, kemudian Bibi Mei memberikan semangkuk mi dengan kaki babi untuk Xia Mu. Setelah Xia Mu menghabiskan mi tersebut, Bibi Mei mengambil mangkuk yang sudah kosong dari tangan Xia Mu dan menatap Xia Mu dengan tatapan yang menenangkan.

“Bagus, sekarang semua kesialan akan pergi, Tuan Muda harus mandi dengan air panas dan membakar semua pakaian yang ada di lemari, jadi mulai sekarang Tuan Muda akan selalu beruntung.”

“Perlu membakar pakaiannya juga?” Paman Zheng bertanya curiga. Bibi Mei mengangguk kuat-kuat.

“Kita tidak boleh membiarkan kesialan-kesialan itu berkeliaran di sekitar pintu, pakaiannya harus dibakar.”

“Apa yang dikatakan Bibi Mei memang benar, kita harus membakar baju-baju tersebut.” Shu Yawang menyetujui. Xia Mu tidak keberatan, jika memang mereka ingin membakar semua pakaiannya, bakar saja, toh dia punya banyak pakaian. Bibi Mei segera menyuruh Xia Mu untuk mandi. Xia Mu menoleh untuk melihat Yawang, seperti ingin memberitahu sesuatu pada Yawang, tetapi akhirnya Xia Mu mengurungkan niatnya. Setelah Xia Mu selesai mandi dan melihat ruang tengah yang kosong, kekecawaan yang dirasakannya sedikit tidak tertahankan.

Xia Mu menurunkan tatapannya dan berjalan menaiki tangga menuju lantai tiga, pintu kamarnya sedikit terbuka dengan sekelabat cahaya yang menembus keluar dari celah kecil itu. Mata Xia Mu bersinar senang dan ia langsung melangkah masuk, perlahan membuka pintu, ia mendapati Yawang yang terbaring di atas tempat tidurnya. Mungkin karena Yawang sudah melakukan perjalanan dengan bis selama tiga hari, Yawang kelelahan dan tertidur lelap. Ekspresi Xia Mu melembut ketika ia berjalan mendekati Yawang dengan langkah ringan, perlahan Xia Mu berjongkok di samping Yawang. Cahaya dari lampu meja masih menyala, cahaya itu mengenai sisi wajah Yawang yang indah, rambut hitamnya tergerai di atas bantal. Xia Mu menatap Yawang seperti itu, seperti yang dilakukannya dulu. Xia Mu tidak akan berani menyentuh Yawang, ia hanya akan berjongkok di sisi Yawang dan menatap Yawang dalam diam, dan Xia Mu merasa puas hanya dengan melakukan hal tersebut.

Tiba-tiba, kalung perak di leher Yawang menangkap perhatian Xia Mu. Xia Mu mengangkat tangan kanannya dan perlahan menarik keluar kalung tersebut, masih liontin yang sama, seekor ikan berwarna perak. Tangan kiri Xia Mu beralih meraih kalung di lehernya, menampakkan liontin yang juga sama dengan kepunyaan Yawang. Xia Mu sendirilah yang membantu Yawang memakai kalung ini di tempat tidur yang sama ketika ia berusia tujuh belas tahun. Xia Mu meminta Yawang untuk terus memakainya; dan itu juga pertama kalinya Xia Mu mengutarakan perasaannya pada Yawang. Dalam sekejap mata, banyak tahun sudah terlewati. Pada saat itu apakah Xia Mu mencium Yawang? Xia Mu tidak dapat mengingat dengan jelas apa yang terjadi malam itu; ia hanya mengingat sensasi yang membuat jantungnya berdetak tidak karuan. Xia Mu terpesona; Yawang selalu mampu membuat Xia Mu terpesona. Perlahan, Xia Mu mendekatkan dirinya pada Yawang, jantungnya berdetak cepat setiap kali ia berada dalam jarak yang dekat dengan Yawang, membuat Xia Mu merasa sulit bahkan untuk sekedar bernafas.

| Passion Heaven |

Dan kemudian pada saat itu, Shu Yawang perlahan membuka matanya dan menatap Xia Mu. Mereka berada dalam posisi yang sangat dekat. Ketika Yawang mengedipkan matanya, Xia Mu dengan cepat menjauh sambil mengerucutkan bibirnya.

“Kau masih memakainya?” Xia Mu bertanya canggung. Yawang sekilas melirik kalungnya dan mengangguk.

“Masih.”

“Kenapa kau masih memakainya?” Yawang bangkit duduk di atas tempat tidur dan merapikan rambutnya, ia menatap Xia Mu dengan ragu.

“Bukankah kau memintaku untuk terus memakainya?”

“Oh.” Xia Mu menunduk kecewa; Yawang hanya menepati janjinya, tidak ada yang spesial.

“Kau sendiri?”

“Hah?”

“Ini.” Yawang menunjuk liontin ikan di lehernya dan tersenyum. “Kau masih memakai punyamu?”

“Tentu saja.” Xia Mu mengeluarkan seutas benang merah yang sudah tua dari bawah kerah bajunya, menampakkan seekor ikan berwarna perak sebagai mata kalung. Xia Mu memakai kalung tersebut selama enam tahun, kapanpun Xia Mu merasa tidak bisa tidur di malam hari, Xia Mu akan menggenggam liontin tersebut dan meletakkannya di atas dadanya, dengan begitu, ia merasa tenang. Shu Yawang menyondongkan badannya pada Xia Mu, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil liontin ikan pada kalung Xia Mu dan meletakkan liontin tersebut di atas telapak tangannya.

“Ikan kecil, ikan kecil, apa kau merindukanku?” Yawang meraih liontin ikannya dan melanjutkan,

“Aku sangat merindukanmu.” Xia Mu menatap Yawang dengan sebuah senyum kecil di wajahnya. Yawang melanjutkan bermain dengan kedua liontin tersebut.

“Ah, kita sudah lama tidak bertemu, sini kucium.” Xia Mu melihat Yawang yang mendekatinya dan terkejut, ia tiba-tiba merasa sistem pernafasannya terganggu. Ketika Xia Mu berpikir bahwa Yawang akan menciumnya, Yawang mendekatkan kedua liontin ikan itu dan membuat seakan-akan kedua ikan itu sedang berciuman. Xia Mu memalingkan wajah dengan kecewa dan Yawang hanya bisa tertawa melihatnya. Yawang kemudian mendekat dan menutup kedua matanya ketika ia mengecup kening Xia Mu. Yawang mundur selangkah setelahnya dan menatap Xia Mu dengan senyum lembut di wajahnya.

“Xia Mu, kau dan aku harus bersama selamanya.”

“Apa yang kau katakan?”

“Bersama selamanya. Apa? Kau tidak mau?”

“Bukan…” Xia Mu menggeleng kuat-kuat. “Hanya saja… Kenapa tiba-tiba memutuskan hal ini?”

“Tiba-tiba?” Yawang tertawa. “Ini tidak tiba-tiba. Aku sudah membuat keputusan ini enam tahun yang lalu ketika aku memberikanmu ikan kecil ini.”

“Kalau kau masih mencintaiku, kita akan bersama selamanya. Jadi Xia Mu, apa kau masih mencintaiku?” Xia Mu tidak dapat menahan dirinya lagi, ia langsung memeluk Yawang erat-erat, bibirnya beralih mengecup telinga Yawang.

“Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, Yawang. Aku selalu mencintaimu.” Xia Mu berbisik lembut di telinga Yawang. Yawang, yang berada di pelukan Xia Mu, balas memeluk Xia Mu erat dan memejamkan kedua matanya.

“Mmm, aku sudah menunggu, menunggumu untuk keluar dan berkata bahwa kau mencintaiku.” Xia Mu membungkuk dan mencium bibir lembut Yawang. Yawang merasa sedikit gugup, ia merasa bibir dan wajahnya menjadi sedikit panas. Kedua mata Xia Mu dipenuhi rasa bahagia, ia kemudian menutup kedua matanya dan menekan lembut bibir Yawang dengan bibirnya. Yawang dapat merasakan jantungnya yang berdebar cepat, ia menutup kedua matanya dan membalas ciuman Xia Mu. Ciuman Xia Mu terasa ringan dan lembut, tidak terlalu dalam, seperti sebuah usapan lembut pada bibir Yawang, ciuman Xia Mu tidak menuntut, tetapi lebih seperti bersandar pada bibirnya.

| Passion Heaven |

Setelah beberapa saat, Xia Mu akhirnya melepaskan ciumannya. Yawang menunduk, ia merasa sedikit canggung untuk menatap Xia Mu, kedua sudut mata Yawang memancarkan jejak-jejak tersipu. Xia Mu mengangkat tangannya untuk mengusap wajah Yawang yang memanas, nafas Xia Mu menjadi lebih berat. Sebagian tubuhnya menekan tubuh Yawang, kedua tangan Yawang bersandar pada dada Xia Mu. Yawang dapat merasakan detak jantung Xia Mu dari tangannya, dan ia dapat mendengar detak jantungnya sendiri. Xia Mu tersenyum kecil dan kembali mendekat pada Yawang sebelum mengecup lembut kening Yawang. Xia Mu kemudian berbaring di samping Yawang, tangannya terulur untuk memeluk Yawang.

“Selamat malam, Yawang.”

Shu Yawang menunggu sampai Xia Mu bernafas dengan teratur dalam tidur lelapnya sebelum menghembuskan nafas panjang. Yawang sedikit takut kalau-kalau Xia Mu akan memeluknya seperti ini walaupun Yawang sudah mempersiapkan diri sebelumnya, tetapi… tetap saja Yawang merasa takut. Yawang menoleh dan menatap Xia Mu. Yawang selalu berpikir bahwa Xia Mu adalah seorang malaikat; Xia Mu selalu terlihat lugu dan murni, tanpa sedikit pun kejahatan yang terpancar dari dirinya. Kapanpun Yawang berada di samping Xia Mu, ia selalu merasakan kehangatan, selalu merasa aman. Yawang menyukai perasaan ini, sangat suka. Ini baik, Xia Mu akan memperlakukannya dengan baik dan ia akan mencintai Xia Mu. Jadi ini memang baik, mereka dapat menghabiskan sisa waktu mereka dengan tenang dan aman, ini juga termasuk sebuah kebahagiaan!