CHAPTER VI: Kencan Natal

XMOaS

Ia menyukai pelukannya: terasa hangat dan tangguh, pelukan yang meyakinkan. Ia ingin menutup matanya dan berada di pelukannya selamanya.

Di hari Natal, Shu Yawang menghabiskan waktunya seperti biasanya; meminum segelas susu sambil melihat ke arah koridor. Hari ini benar-benar dingin, jadi ia memutuskan untuk tidak bersepeda. Sebagai gantinya, ia menunggu bis sekolah yang menjemput murid di bawah umur. Yawang adalah satu-satunya yang cukup bermuka tebal untuk menaiki bis sekolah. Ia menaiki bis tersebut dan semua murid di sana akan mengenalinya. Mereka tersenyum dan menyapanya.

“Pagi, Yawang Jiejie.” Yawang akan melambai dan mengusap kepala mereka sambil berjalan ke bagian belakang bis. Ia duduk di baris paling terakhir dan tidur, sesekali mendengar teriakan dari para murid di bis tersebut. Tiba-tiba, seisi bis menjadi hening, membuat Yawang membuka matanya karena penasaran. Ia melihat seorang pria muda menaiki bis tersebut, tubuhnya terbalut dalam jas hitam besar. Pria tersebut menunduk, poninya menutupi matanya sehingga yang terlihat hanya hidungnya yang mancung dan dagunya yang tajam. Yawang tidak tahu mengapa, tetapi kehangatan dalam bis serasa menurun ketika pria itu masuk. Pria itu mengangkat kepalanya perlahan, kantong matanya jelas sekali terlihat. Pria itu berjalan, langkah kakinya bergema di dalam bis. Ketika ia mencapai barisan paling terakhir, Yawang tersenyum ceria dan menariknya untuk duduk di sebelahnya.

“Apa kau sudah sarapan?” Yawang bertanya sambil menguap. Xia Mu menggeleng. Yawang mengeluarkan dua buah roti dari dalam tasnya dan memberikan roti berisi krim untuk Xia Mu.

“Untukmu.” Xia Mu menggeleng. Yawang menyipitkan matanya. Xia Mu mengerucutkan bibirnya, kemudian mengambil roti yang diberikan Yawang. Perlahan ia membuka plastik roti tersebut dan dengan enggan memakannya.

“Apa kau sedang minum racun? Terpaksa sekali memakannya.” Yawang tertawa.

“Aku tidak suka makanan manis.” Xia Mu menggerutu. Yawang menatapnya tak percaya. Sepertinya dia menyimpan dendam di balik kata-katanya. Dengan wajah tanpa ekspresinya itu, sangat manis! Aku benar-benar ingin memeluknya! Xia Mu menunduk ketika memakan rotinya. Ia memasukkan satu tangannya yang lain ke dalam saku jaket, mendapati sebuah kotak kecil di dalamnya. Ia menggigit bagian dengan krim paling sedikit rotinya.

|PASSION HEAVEN|

“Hari ini Natal.”

“Uh-huh, lalu?” Yawang bertanya, mengeluarkan sebuah roti lagi dari dalam tasnya. Roti berisi daging; Yawang memberikannya pada Xia Mu dan mengambil roti krimnya. Xia Mu menatap roti daging di tangannya, kemudian menatap Yawang yang sedang memakan roti krimnya. Xia Mu perlahan mengeluarkan tangannya dari jaketnya, jari-jarinya menggenggam erat kotak di tangannya tersebut.

“Ini hari Natal, dan?” Yawang bertanya sekali lagi dan menggigit rotinya. Jarang-jarang Xia Mu akan memulai percakapan. Xia Mu mulai mengangkat tangannya dari jaketnya, menampakkan sudut kotak yang dipegangnya. Sebuah kotak hijau tanpa bungkusan apapun, sederhana tapi anggun.

“Umm…” Keringat mulai memenuhi telapak tangannya dan ia dapat merasakan pipinya memanas. Xia Mu baru saja akan mengeluarkan kotak tersebut ketika bis berhenti. Mereka sudah sampai di sekolah Xia Mu, dan Xia Mu dengan kaku menatap keluar jendela.

“Xia Mu, sudah sampai di sekolahmu.” Yawang mendorongnya.

“Oh.” Ia melepaskan genggaman pada kotak di tangannya, membiarkan kotak tersebut kembali bersarang dalam saku jaketnya. Dengan penuh penyesalan ia mengambil tasnya dan berdiri, kemudian berjalan keluar. Xia Mu berjalan beberapa langkah sebelum memutar kepalanya, menatap Yawang. Yawang menatap balik dan memanggilnya.

“Xia Mu, jam berapa kau pulang hari ini?”

“5:40.” Yawang mengangguk puas.

“Oke, Jiejie akan menjemputmu.” Xia Mu menatapnya curiga. Yawang tertawa, menampakkan seringai kecil di wajahnya.

“Ini hari Natal, bagaimana kalau kita pergi menonton film?”

“Aku tidak suka menonton film.” Yawang menatap Xia Mu kecewa. Ibu memberikanku dua tiket bioskop untuk Natal dan semua teman-temanku sudah punya rencana sendiri, siapa lagi yang akan menemaniku?

“Jangan lupa untuk menjemputku nanti.” Xia Mu berkata sebelum berjalan ke arah pintu keluar.

“Bukankah tadi kau bilang kau tidak suka menonton film?” Xia Mu kembali menoleh.

“Aku hanya bilang aku tidak suka menonton film, aku tidak bilang tidak mau pergi.” Xia Mu membalas dengan senyum kecil. Yawang menyadari, ketika Xia Mu sedang dalam mood yang bagus, ia akan tersenyum kecil. Dia seakan-akan menyembunyikan senyumannya. Yawang memerhatikan punggung Xia Mu dan bersungut.

“Dasar, kenapa tidak bisa lebih terus terang? Kau jelas-jelas mau pergi.”

|PASSION HEAVEN|

Yawang langsung berjalan ke ruang kelasnya begitu ia sampai. Hanya ada sekitar dua puluh orang di kelasnya. Karena cuaca yang semakin dingin, semakin sedikit yang akan datang ke kampus. Ketika bel masuk berbunyi, dosen yang bersangkutan masuk ke kelas dan mulai mengabsen dengan kepala tertunduk. Walaupun hanya ada dua puluh orang di dalam kelas, keempat puluh lima mahasiswa ditandai hadir. Yawang mencoba untuk menyembunyikan kekehannya ketika seseorang menjawab di balik buku dengan suara berbeda saat nama mahasiswa lainnya dipanggil. Yawang mulai berpikir untuk tinggal di asrama mulai semester depan, sehingga ia tidak perlu bangun pagi-pagi setiap harinya.

Di tengah pelajaran, ponselnya bergetar. Yawang mematikan panggilan yang datang dan mengirim pesan.

Apa yang kau lakukan? Aku sedang di kelas.

Hehe, Nona Paling Cantik di Kelas, kau punya acara malam ini? Yawang membaca pesan Zhang Jing Yu dan menertawai kekonyolannya.

Ya, pergi menonton film dengan seseorang yang tampan. Ponselnya bergetar lagi dan sekali lagi Yawang mematikan panggilan yang masuk.

Apa yang sedang kau lakukan?

Tidak mungkin. Xiao Tian hanya meninggalkanmu sebentar dan kau sudah berpindah hati?

Dasar, aku hanya bercanda dan kau percaya?

Baguslah, ayo bertemu nanti malam. Aku tidak banyak bertemu denganmu di sekolah dan aku mulai merindukanmu.

Berhenti menggombaliku, kau mau aku bantu apa?

Kau mengenalku dengan baik, bisakah kau datang sekitar pukul 4? Aku perlu bantuanmu sedikit.

Untuk?

Perjodohan. Yawang menatap terkejut balasan pesan yang diterimanya. Jangan bilang dia tertarik dengan seseorang dan ingin aku membantunya. Yawang menimbang-nimbang sebentar, karena dia baru akan menjemput Xia Mu pukul 5:40, ia memutuskan untuk membantu Jing Yu.

Oke, aku akan menghubungimu nanti.

|PASSION HEAVEN|

Yawang tidak menerima kabar apapun dari Jing Yu sampai pukul 4:30. Laki-laki itu mengajaknya bertemu dengan semangat. Setelah Yawang menutup telepon dari Jing Yu tadi, ia langsung membereskan barang-barangnya dan mengambil tasnya sebelum beranjak pergi. Yawang berjalan dengan santai ke taman di mana Jing Yu menyuruhnya menunggu. Pemandangan taman itu sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata; taman putih pucat karena tertutup salju. Yawang berjalan beberapa langkah ke depan, mendengar bunyi dedaunan yang diinjaknya. Ia menoleh kesana kemari dan mengerutkan dahinya. Anak itu menyuruhku datang dan dia sendiri yang belum datang?

Yawang mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Jing Yu untuk menghubunginya. Sebelum Yawang menekan tombol panggilan, ia dapat merasakan seseorang berdiri di belakangnya. Ketika Yawang baru saja akan berbalik untuk melihat siapa yang berdiri di belakangnya, sebuah tangan besar menutupi kedua matanya.

“Zhang Jing Yu.” Yawang berkata tenang. Orang di belakangnya tidak membalas, tetapi tangan yang menutupi kedua matanya bergetar, seakan-akan orang tersebut sedang menahan tawanya.

“Zhang Jing Yu, kau mau aku pukul?” Yawang bertanya, tangannya menyingkirkan tangan besar yang menutupi kedua matanya kemudian menoleh ke belakang. Semua kata-kata yang sudah siap disemburkan Yawang tertahan begitu saja melihat siapa yang berada di depannya saat ini. Yawang terkejut, ia tidak dapat memercayai kedua matanya. Seorang laki-laki tinggi dan kurus yang memakai seragam berwarna hijau khas militer memamerkan senyum favorit Yawang.

“Yawang.” Xiao Tian masih seperti ini; menarik Yawang mendekat dengan menggenggam kedua tangannya dan memanggil nama Yawang dengan lembut.

“Kau… Kau… Kenapa kau di sini?” Yawang merasa sangat senang, tetapi tidak tahu apa yang harus dikatakannya, sehingga ia hanya memegang kedua tangan Xiao Tian, telapak tangan mereka saling bersentuhan.

“Hehe, kejutan!” Jing Yu berteriak dari belakang. “Apa kau masih mau memukulku, Yawang?”

“Haha, lain kali kalau kau meminta bantuanku lagi, aku tahu itu berarti Xiao Tian pulang.” Zhang Jing Yu menggelengkan kepalanya tidak setuju.

“Tidak, tidak. Lain kali kalau aku meminta bantuanmu dan kau muncul dengan semangat sampai kau menyadari bahwa Xiao Tian tidak pulang, kau pasti akan memukulku habis-habisan.”

“Aku? Bagaimana mungkin? Aku bukan orang seperti itu.” Yawang membalas, tersenyum manis pada Jing Yu. Jing Yu menatapnya, kau yakin? Yawang mengabaikan Jing Yu dan beralih menggandeng lengan Xiao Tian.

“Bagaimana bisa kau ke sini? Kurasa tentara baru tidak punya waktu liburan?”

“Mmm, kami diminta untuk mengantarkan barang ke daerah militer di Kota T. Kami seharusnya menginap semalam di Kota T selesai mengantarkan barang, tapi karena aku ingin melihatmu, jadi aku kabur.”

“Oh, begitu.” Jarak Kota T ke Kota S adalah sekitar satu jam dengan mobil.

“Lalu bukankah kau harus pergi secepatnya kalau begitu?”

“Mmm, aku akan naik kereta pukul 4 pagi nanti untuk kembali ke Kota T, kemudian pulang dengan Da Ge pukul 7.”

“Jadi kau hanya bisa tinggal di sini selama semalam?” Yawang menatap Xiao Tian, kedua tangannya tanpa sadar terus mengayun-ayunkan tangan Xiao Tian. Tang Xiao Tian tidak sempat membalas karena Jing Yu menyela mereka.

“Kau bisa melakukan banyak hal dalam semalam, hehe.” Jing Yu menepuk-nepuk bahu Xiao Tian, menatapnya dengan tatapan penuh arti. Xiao Tian dengan cepat menyingkirkan tangan Xiao Tian dari bahunya, wajahnya bersemu merah.

“Kau… Berhenti mengatakan yang tidak-tidak.”

“Hehe, yang tidak-tidak apanya? Jangan bilang padaku kau tidak memikirkan apapun, lihat wajahmu yang sudah seperti udang rebus itu.” Jing Yu menyikut Xiao Tian, menikmati ejekannya terhadap Xiao Tian. Wajah Xiao Tian semakin memerah dan ia menatap Yawang sambil menggelengkan kepalanya.

“Yawang, aku tidak…”

“Oh benarkah?” Jing Yu memotong. “Oh! Benar, Shu Yawang, kau tidak cukup menarik!”

“Kau benar-benar minta dipukul?” Yawang berjalan ke arah Jing Yu, mendorong Xiao Tian dan memelototi Jing Yu. Yawang kemudian menunjuk Jing Yu dengan satu jarinya.

“Pergi, pergi sana, dasar orang ketiga. Kami akan lakukan apapun yang kami mau malam ini, tidak perlu kau atur.” Hanya aku yang bisa membuat Xiao Tian tersipu malu. Selain Yawang, tidak ada yang diizinkan untuk melakukan hal tersebut.

“Wah Yawang, kau keterlaluan! Kau pikir hanya kau yang merindukan Xiao Tian? Aku berencana untuk mengajaknya makan malam hari ini!”

“Xiao Tian tidak akan pergi denganmu.”

“Xiao Tian.”

“Xiao Tian.” Baik Yawang maupun Jing Yu menatap Xiao Tian dengan penuh harap. Xiao Tian mengerutkan dahinya dan menatap mereka berdua.

“Ya, aku tidak akan pergi dengan Jing Yu. Jing Yu mengepalkan tinjunya. Bisa-bisanya dia?!

“Kau benar-benar mengecewakanku, Xiong Di*! Jangan hubungi aku lagi.”Jing Yu mengomel, terlihat kesal.
*Xiong Di = saudara laki-laki

“Sampai nanti.” Xiao Tian hanya membalas dengan sebuah senyum.

“Kalian berdua benar-benar kejam, aku akan mengingatnya!” Wajah Jing Yu berkerut kesal sebelum pergi. Tetapi, sebenarnya ia senang karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk mentraktir Xiao Tian makan malam hari ini.

|PASSION HEAVEN|

“Apakah kita terlalu kasar?” Yawang bertanya, menatap punggung Jing Yu dengan prihatin.

“Tidak, dia tidak sesensitif itu.” Xiao Tian mengenal temannya dengan baik, Jing Yu mungkin merasa senang sekarang karena ia tidak perlu menraktir Xiao Tian.

“Oh, aku akan lebih kasar lagi lain kali.” Yawang berkata sembari mengusap dagunya dan tersenyum licik.

“Berhentilah mengganggunya.”

“Siapa suruh dia mengganggumu duluan?” Xiao Tian teringat dengan yang dikatakan Jing Yu tadi dan mulai tersipu lagi. Yawang memerhatikan wajah Xiao Tian yang memerah.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Tidak ada.” Xiao Tian menjawab sambil mengusap hidungnya, mencoba menutupi kebohongannya.

“Kau belum memikirkan apapun? Apa yang akan kita lakukan malam ini? Berkeliaran di luar seperti ini?” Xiao Tian tersenyum canggung.

“Ayo pergi ke suatu tempat yang hangat.”

“Mmm.” Yawang setuju, kemudian menarik tangan Xiao Tian untuk membawanya ke perpustakaan kampusnya. Di samping gedung olahraga, perpustakaan Universitas T adalah bangunan yang paling indah. Universitas T mempunyai total sembilan lantai; lantai pertama sampai lantai ketiga adalah tempat belajar mandi, lantai lima sampai dengan lantai ketujuh adalah ruang membaca, dan ruang komputer berada di lantai kedelapan dan kesembilan. Sejak aktivitas kampus dimulai, Yawang hanya melewati perpustakaan ini beberapa kali tanpa pernah masuk.
*Angka empat di budaya Tiongkok adalah angka sial, jadi kebanyakan bangunan tidak mempunyai lantai empat, dan kalaupun ada akan dibiarkan kosong [credit: yifanqini].

Yawang membawa Xiao Tian untuk duduk di ruang belajar mandi. Mereka duduk berhadapan di dekat jendela, memandang koridor jalan yang digunakan para mahasiswa untuk pergi ke gedung lainnya. Angin musim dingin akan meniup dedaunan yang jatuh, dan mahasiswa-mahasiswa yang lewat akan tertawa, tetapi tidak satu pun dari semua yang mereka perhatikan menarik. Yawang dan Xiao Tian hanya saling menatap satu sama lain; ketika Xiao Tian berbicara, Yawang akan mendengar, ketika Yawang berbicara, Xiao Tian yang akan mendengar.

|PASSION HEAVEN|

Xiao Tian menceritakan tentang lelucon kesukaannya. Yawang memberitahu tentang pengamatannya. Xiao Tian mengutarakan pendapatnya. Mereka terus mengobrol tentang segala hal sampai mungkin ketika matahari terbit esok pagi, pembicaraan mereka masih belum selesai. Tangan Xiao Tian menggenggam tangan Yawang di bawah meja. Bibir Yawang membentuk sebuah senyum; Yawang menyukai kedekatan mereka, kehangatan Xiao Tian, wangi tubuh Xiao Tian, wajah tampan Xiao Tian. Yawang menutup matanya, bulu matanya bergerak seiring dengan rasa gugup yang ia rasakan. Yawang dengan cepat memalingkan wajahnya, dan sebelum Xiao Tian dapat menanggapinya, Yawang sudah mencium pipi Xiao Tian.

Xiao Tian menatap Yawang dengan ekspresi yang kentara sekali terkejut, pipinya bersemu merah. Yawang menunduk malu melihat reaksi Xiao Tian dan meneriakinya dalam hati. Xiao Tian bodoh, bodoh, bodoh. Yawang mengangkat kepalanya ketika Xiao Tian meraih tangannya. Xiao Tian menatap Yawang dengan lembut, tangannya berada di bahu Yawang, wajahnya perlahan mulai mendekati Yawang, bersiap untuk menciumnya. Yawang menghentikan Xiao Tian dengan muka yang memerah.

“Jangan begitu di sini.” Walaupun tidak ada seorang pun selain mereka berdua di sana, ada banyak orang yang berlalu-lalang di luar, Yawang tidak ingin orang-orang tersebut memerhatikan mereka. Tetapi, Xiao Tian menolak. Yawang meletakkan tangannya di bibir Xiao Tian, Xiao Tian mengecup telapak tangan Yawang. Yawang melepaskan tangannya dan Xiao Tian dengan cepat mencium pipi Yawang, tidak melepasnya sampai ia merasa yakin. Yawang memelototi Xiao Tian setelahnya dan Xiao Tian hanya mengusap hidungnya, ia tersenyum malu pada Yawang. Tentu saja, laki-laki manapun tidak akan tahan melihat gadisnya malu-malu seperti tadi, begitu juga Tang Xiao Tian.

|PASSION HEAVEN|

Ponsel Yawang berbunyi, dan yang terdengar adalah sebuah ringtone yang diatur khusus oleh Yawang ketika Xia Mu menelepon. Ketika Yawang mendengar bunyi ponselnya, ia menyadari bahwa ia sama sekali melupakan rencananya dengan Xia Mu.

“Halo, Xia Mu.” Yawang mengangkat telepon Xia Mu dengan perasaan bersalah.

“Sudah pukul enam.” Xia Mu menjawab dingin dengan nada yang tidak menyenangkan.

“Oh, sudah pukul enam. Hehe, aku lupa melihat jam.”

“Datanglah, aku masih di sekolah.” Yawang melihat ke arah Xiao Tian sebelum menjawab.

“Ada sesuatu yang harus kukerjakan malam ini, bagaimana kalau besok malam?” Xia Mu terdiam sebentar.

“Aku tidak bisa besok malam.”

“Kalau begitu… besok malamnya lagi?”

“Aku juga tidak bisa besok malamnya lagi.”

“Wah, ternyata kau sangat sibuk. Aku tidak tahu.” Yawang tertawa kecil. Bagaimana bisa dia sesibuk itu? Dia tidak pergi ke manapun kecuali sekolah. Berani sekali mengatakan kalau dia sibuk? Yawang dapat merasakan bahwa Xia Mu marah, sehingga ia melembutkan suaranya ketika berbicara lagi dengan Xia Mu.

“Aku benar-benar tidak bisa malam ini, maafkan aku.”

“Ada apa?” Xia Mu bertanya lembut.

“Hehe, Xiao Tian pulang, jadi aku akan bersamanya.” Yawang tertawa canggung. Ia baru saja akan mengatakan sesuatu setelahnya, tapi Xia Mu sudah memutuskan panggilannya. Yawang menatap ponselnya tak percaya. Apakah dia marah padaku?

“Siapa?” Xiao Tian bertanya.

“Xia Mu.”

“Kenapa?”

“Aku mengajaknya nonton film malam ini, tapi ternyata…” Yawang menyenggol bahu Xiao Tian. “Aku harus bersamamu.”

“Pergilah kalau begitu, anak itu mudah marah.” Xiao Tian sesekali mendengar tentang Xia Mu, ia tahu Yawang adalahnya satu-satunya orang yang didekati Xia Mu. Xiao Tian tidak cemburu, ia hanya berpikir bahwa Yawang adalah orang yang disenangi oleh banyak orang; semua menyukai Yawang ketika mengenalnya, tidak terkecuali Xia Mu.

“Lalu bagaimana denganmu?”

“Kita bisa pergi bersama-sama. Hanya perlu membeli satu tiket lagi.”

“Pintar!” Yawang mengacungkan jempolnya. Xiao Tian terkekeh, meraih jempol Yawang dan kemudian memasukkan tangan mereka ke dalam saku jaket Xiao Tian. Mereka saling menatap, perasaan hangat dan manis yang tidak terungkapkan dengan kata-kata terpancar ketika dua pasang mata tersebut bertemu. Yawang kembali menelepon Xia Mu, Xia Mu tidak mengangkat sampai panggilan ketiga.

“Xia Mu, aku memutuskan untuk menonton film bersamamu malam ini.”

“Oh.” Hanya sebuah “oh”? Dia bahkan tidak berterus-terang. Harusnya dia senang, kan?

“Xiao Tian Gege* juga ikut.”
*Ge, Gege = abang, kakak laki-laki

Do, do, do… Yawang menatap ponselnya dengan terkejut. Anak ini, hanya berterus-terang kalau sedang marah!

“Apa yang dia katakan?” Xiao Tian bertanya.

“Dia menutup teleponnya, tidak peduli.” Yawang menjawab sambil menggeleng. “Apa yang kau lakukan padanya sampai membuatnya membencimu seperti ini?” Xiao Tian berpikir sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya.

“Mana kutahu? Mungkin dia suka padamu.” Yawang tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul meja.

“Leluconmu terlalu lucu.”

“Baiklah, karena Xia Mu tidak datang, ayo pergi bersama.” Xiao Tian meraih tas Yawang dan menyampirkannya pada pundaknya kemudian ia menggandeng tangan Yawang. “Ayo pergi makan duiu, setelah itu baru ke bioskop.” Yawang mengangguk dan tersenyum, hari ini Natal, dan tidak mudah bagi Xiao Tian untuk datang, tentu saja aku akan menghabiskan hari ini bersamanya. Memang lebih baik kalau Xia Mu tidak datang, dia hanya akan jadi obat nyamuk. Tepat saat itu, ponsel Yawang berbunyi lagi, dan mendengar dari nadanya, Xia Mu-lah yang menelepon. Yawang mengangkat teleponnya dan hanya dengan dua kalimat, Xia Mu memutuskan panggilannya.

“Apa yang dia katakan?”

“Dia meminta kita untuk menjemputnya.” Yawang bersungut dengan bibir yang mengerucut kesal. “Dasar labil.”

|PASSION HEAVEN|

Acara jalan-jalan malam itu berubah menjadi sangat aneh; Xia Mu tidak perlu melakukan apapun, dia hanya perlu berdiri di samping mereka dengan perawakannya yang dingin dan suasana akan berubah menjadi tidak menyenangkan. Tidak peduli bagaimana Yawang dan Xiao Tian mencoba untuk menghidupkan suasana, mereka akan terkalahkan dengan temperamen Xia Mu yang dingin dan suram. Yawang dan Xiao Tian akan saling bertukar pandang kemudian mengusap hidung mereka, merasa menyesal telah menjemput Xia Mu.

Xia Mu tanpa sadar berjalan di antara mereka berdua, dan mereka terlihat seperti tiga batang pohon; makan dengan canggung, menonton film dengan canggung, dan berjalan di jalanan padat dengan canggung. Yawang terus-memerus mengisyaratkan pada Xia Mu agar dia bisa pulang duluan, tetapi Xia Mu seperti tidak mengerti dan hanya terdiam menatap Yawang. Yawang menghela nafas, sudah pukul sembilan malam, jumlah orang-orang yang terlihat di jalanan pun mulai berkurang. Suhu udara mulai menurun, dan angin musim dingin tiba-tiba menerpa mereka, membuat Yawang gemetar karena dingin. Xiao Tian berhenti dan berbalik untuk melihat Yawang.

“Sudah malam, biar kuantar kau pulang.” Yawang meletakkan kedua tangannya pada lehernya, hidungnya memerah karena kedinginan, dan ia bertanya sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya, berusaha menghangatkan diri.

“Lalu bagaimana denganmu? Apa kau akan pulang?” Xiao Tian menggeleng.

“Tidak mungkin, kalau Ayah tahu aku diam-diam kembali, dia akan mengulitiku hidup-hidup.”

“Lalu kau hanya akan berkeliaran di jalan sampai besok pagi?”

“Tentu saja tidak. Aku akan mengantarkanmu pulang dulu, setelah itu aku akan pergi ke tempat Jing Yu dan menginap di sana.” Yawang mengulurkan tangannya untuk menggandeng lengan Xiao Tian, kemudian menggoyangkan lengan Xiao Tian ke kiri dan ke kanan.

“Jangan pergi, tidak mudah untuk bertemu denganmu. Aku akan ikut menunggu denganmu di stasiun kereta malam ini.”

“Tapi, bagaimana bisa kau tidak pulang?”

“Aku bisa mencari alasan untuk berbohong pada Ibu.” Xiao Tian merasa ragu, ia kemudian menggeleng.

“Tidak, aku akan pergi besok pukul empat pagi. Aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian di luar setelah aku pergi.”

“Tidak apa-apa, aku akan pulang setelah matahari terbit.” Yawang tidak ingin berpisah dengan Xiao Tian, walaupun hanya berdiri dengannya satu menit lebih lama membuat Yawang merasa lebih baik. Xiao Tian menatap Yawang, ia tidak mungkin menolak Yawang, ia tidak tega. Xiao Tian tersenyum dan menganggukkan kepalanya; ia juga ingin tinggal lebih lama bersama Yawang. Yawang menatap Xiao Tian sambil tersenyum, tangan mereka saling bertautan, dan kehangatan terpancar dari kedua pasang mata mereka.

|PASSION HEAVEN|

Xia Mu mengalihkan tatapannya pada tangan Yawang dan Xiao Tian yang saling bertaut, ekspresinya berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Yawang berbalik dan menatap Xia Mu.

“Biarkan aku mengantarmu pulang dulu.”

“Tidak perlu.” Xia Mu menjawab dengan tenang.

“Kenapa?”

“Aku tahu jalan pulang.” Xia Mu menjawab dengan lembut, namun juga terdengar lelah di saat yang sama. Yawang menatap Xiao Tian, tidak tahu harus membalas apa. Xiao Tian tertawa dan berkata,

“Biarkan dia pulang sendiri. Xia Mu sudah berumur lima belas tahun, tidak perlu menjaganya seperti dulu lagi.”

“Betul, Xia Mu sudah bukan anak kecil lagi.” Yawang menarik lengan jaket Xia Mu. “Naiklah bis di rute 16, jangan sampai lewat dari tempat perhentianmu, mengerti?” Xia Mu mengangkat kepalanya dan menatap Yawang, kemudian mengangguk kecil sebelum berjalan ke tempat perhentian bis. Mereka bertiga menunggu di tempat tersebut dan saat bis tiba, Yawang mendorong punggung Xia Mu pelan.

“Bisnya sudah sampai.” Pintu otomatis bis terbuka dan Xia Mu menaiki bis tersebut, ia mendudukkan dirinya di samping jendela. Xia Mu dapat melihat Yawang yang melambai padanya, kedua tangannya tergenggam di dalam saku jaketnya, tangan kanannya terluka karena terus-menerus mengusap kotak di dalam sakunya. Xia Mu tidak mengalihkan tatapannya dari jendela bahkan setelah bis melaju pergi, membiarkan pemandangan di luar terlewati begitu saja tanpa ia peduli.

Malam itu setelah sampai di rumah, Xia Mu mengeluarkan kotak tersebut dari dalam saku jaketnya dan membukanya. Di bawah lampu mejanya, ia dapat melihat kalung yang berkilau indah, dua ikan yang saling berciuman sebagai liontin memancarkan kebahagiaan. Xia Mu menatap kalung itu sejenak, kemudian membuangnya ke dalam tong sampah bersamaan dengan kotaknya, ia menatap kosong ke depan setelahnya. Setelah beberapa saat, ia bangkit berdiri dan mengambil kembali kotak beserta kalung tersebut dari tempat sampah. Xia Mu menatap kedua benda di tangannya sambil menggigit bibir bawahnya, kemudian ia menyimpannya dalam lacinya.

|PASSION HEAVEN|

Yawang memberi sebuah alasan lama (basi) untuk ibunya; temannya saat ini sedang berada di rumah sakit dan keluarganya bukan berasal dari Kota S. Yawang ingin membantu temannya itu dengan menginap semalam di rumah sakit. Ibunya percaya, kemungkinan besar karena Yawang selama ini tidak pernah berbohong. Ibunya menyuruh Yawang untuk menjaga temannya dengan baik dan berhati-hati. Ketika Yawang mendapat persetujuan ibunya, ia langsung menutup teleponnya, takut kalau-kalau ia keceplosan. Xiao Tian menunggu dengan gugup di sampingnya, dan Yawang mengacungkan jempolnya untuk memberitahu Xiao Tian bahwa ia berhasil.

“Yawang, Yawang.” Xiao Tian menyebut nama Yawang dengan semangat sembari memeluk Yawang. Wajah Yawang memerah karena pelukan Xiao Tian yang tiba-tiba, badannya yang membeku karena dingin tadinya berubah hangat seketika, jantungnya berdetak cepat.

“Xiao Tian.” Yawang memanggil lembut.

“Hmm?”

“Aku menyukai caramu memelukku.” Yawang menyukai pelukan Xiao Tian: terasa hangat dan tangguh, pelukan yang meyakinkan. Yawang ingin menutup matanya dan berada di pelukan Xiao Tian selamanya. Xiao Tian mempererat pelukannya, ia menyembunyikan wajahnya di antara rambut Yawang, kemudian berbisik lembut.

“Kalau begitu aku akan memelukmu seperti ini sepanjang malam, sampai matahari terbit.” Jantung Yawang berdetak semakin cepat, ia menggigit bibirnya dan menutup matanya sebelum mengangguk. Otak Xiao Tian meniupkan terompet kemenangan; dia benar-benar tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini, semangat cinta yang membara dalam hatinya ini. Kedua insan muda tersebut tidak tahu bagaimana caranya mengendalikan semangat mereka. Mereka saling jatuh cinta, benar-benar saling terikat satu sama lain. Mereka ingin saling mencium satu sama lain, memeluk satu sama lain, membutuhkan satu sama lain. Mereka mendambakan pelukan, mendambakan menjadi milik satu sama lain, mendambakan cinta.

|PASSION HEAVEN|

Kedua pemuda yang malu-malu tersebut berdiri di depan resepsionis sebuah motel dengan gugup. Mereka menunggu sampai kartu identitas mereka selesai diperiksa dan kemudian berjalan mengikuti petugas motel yang mengantarkan mereka ke sebuah kamar. Setelah mengunci pintu kamar, mereka menghela nafas lega. Tangan mereka masih saling bergandeng erat, mereka melihat ke sekeliling ruangan. Kamar itu berisikan sebuah tempat tidur berukuran sedang dengan seprai berwarna putih. Terlihat tua dan kotor, tetapi tidak tahu bagian mana yang benar-benar kotor.

Yawang dan Xiao Tian berdiri di sudut tempat tidur dengan wajah yang memerah, tidak berani saling melihat satu sama lain.

“Duduklah… Duduk dulu.” Xiao Tian berkata dengan gugup pada Yawang. Yawang mengangguk, masih dengan wajah yang tersipu malu, ia berjalan ke sisi tempat tidur dan bersiap untuk duduk ketika Xiao Tian menghentikannya. Yawang menatap Xiao Tian dan melihatnya mulai melepaskan jaketnya. Wajah Yawang semakin memerah dan ia memalingkan wajahnya. Ketika Xiao Tian melihat reaksi Yawang, ia segera menjelaskan dengan gugup.

“Bukan, bukan…” Xiao Tian meletakkan jaketnya di atas tempat tidur tersebut. “Tempat tidurnya kotor.” Yawang terdiam sejenak menatap Xiao Tian, kemudian tertawa. Melihat reaksi Xiao Tian barusan, Yawang bertanya-tanya bagaimana bisa Xiao Tian berpikir untuk membawanya ke sebuah motel. Wajah Xiao Tian semakin memerah mendengar tawa Yawang; ia mengusap hidungnya dan duduk di kursi di samping tempat tidur. Yawang pun beranjak duduk di atas jaket Xiao Tian.

|PASSION HEAVEN|

“Tidak mau.” Yawang menggeleng dan menguap setelahnya.

“Mau menonton TV?” Xiao Tian bertanya canggung.

“Lelah?” Xiao Tian bertanya lembut. Yawang mengangguk.

“Tidurlah kalau begitu.” Yawang mengusap matanya yang terasa berat. “Kau sendiri?”

“Aku… Aku akan menjagamu.”

“Bodoh!” Yawang tertawa, kemudian melepas sepatu dan kaos kakinya. Ia beralih melepas jaketnya, dan Xiao Tian dengan panik memalingkan wajahnya. Aku masih punya tiga lapis baju di bawah jaketku, apa dia benar-benar perlu bereaksi seperti itu? Yawang menyelimuti dirinya dengan jaketnya dan selimut di atasnya sebelum menoleh menatap Xiao Tian yang memakai seragam militernya.

“Apa kau kedinginan?” Kamar tersebut tidak punya ventilasi, dia pasti kedinginan karena melepas jaketnya. Xiao Tian menggeleng.

“Tidak.” Tepat setelah mengatakannya, Xiao Tian bersin, dua kali. Yawang menatapnya marah.

“Apa aku perlu menyuruhmu? Toh bukan kita tidak pernah tidur bersama!” Yawang dan Xiao Tian selalu tidur bersama sebelum mereka berumur tujuh tahan. Xiao Tian terkekeh kecil dan beranjak ke tempat tidur, ia melepas sepatu dan kaos kakinya. Xiao Tian menyibakkan selimut dan berbaring di samping Yawang, tanpa sengaja kakinya menyenggol kaki Yawang. Kedua kaki Yawang terasa dingin dan membeku. Xiao Tian mengerutkan dahinya dan bertanya,

“Kenapa kakimu dingin sekali?” Yawang menoleh dan menggeleng.

“Aku tidak tahu.” Xiao Tian mengulurkan kakinya dan kemudian menghangatkan kaki Yawang dengan kakinya. Yawang menatap Xiao Tian dan tersenyum manis, kemudian mengulurkan kedua tangannya pada Xiao Tian dengan manja.

“Tanganku juga dingin.” Xiao Tian menggenggam kedua tangan Yawang dan menghangatkannya. Entahlah siapa yang memulai, tapi keduanya sudah saling memeluk satu sama lain dengan erat. Xiao Tian mengecup lembut wajah Yawang, sama seperti tadi siang, ringan dan singkat. Yawang menatap Xiao Tian dalam. Xiao Tian tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain mengecup Yawang lagi, kali ini di kedua kelopak matanya dan kemudian bibirnya. Awalnya hanya kecupan-kecupan ringan, tetapi lama-kelamaan berubah menjadi ciuman-ciuman yang menuntut. Tubuh Yawang serasa melemas ketika Xiao Tian menekan tubuhnya. Xiao Tian mencium Yawang dalam, tangannya mulai turun ke leher Yawang dan terus ke bawah. Yawang gugup dan tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya bisa menatap Xiao Tian.

Tepat ketika suasana berubah menjadi semakin panas, ponsel Yawang berbunyi. Mereka terkejut dan dengan panik mencari ponsel Yawang seperti dua remaja yang tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak baik. Pada akhirnya, Xiao Tian-lah yang menemukan ponsel Yawang terlebih dahulu dan segera memberikannya pada Yawang. Yawang menerima ponselnya dari tangan Xiao Tian dan menjawab panggilan yang masuk sambil membelakangi Xiao Tian dengan wajah yang tersipu malu. Yawang mengambil nafas dalam-dalam sebelum berbicara.

“Halo, Bu.”

“Di mana kau?”

“Aku… di rumah sakit.”

“Berani-beraninya kau berbohong?! Wah, aku benar-benar tidak percaya, kau membohongi ibumu! Di mana kau?!” Ibunya berteriak marah.

“Aku… Aku…” Yawang tidak tahu harus bagaimana menjawab setelah mendengar kata-kata ibunya.

“Apa kau bersama Tang Xiao Tian?” Yawang tahu bahwa ia sudah ketahuan berbohong, jadi ia mengaku.

“Ya.”

“Pulang sekarang! Kau pikir berapa umurmu? Seberapa dewasa kau?! Di mana kau?! Beritahu sekarang juga!” Yawang menjauhkan ponselnya dari telinganya dan menunggu sampai ibunya selesai meneriakinya sebelum memberitahu alamat McDonald’s di dekat motel tersebut. Ibunya menghembuskan nafas kasar, menyuruh Yawang untuk menunggu di sana, dan bahwa ayahnya akan menjemput mereka.

|PASSION HEAVEN|

Yawang menatap Xiao Tian dan memberitahunya dengan panik,

“Kacau. Aku belum pernah melihat Ibu semarah ini sebelumnya.” Xiao Tian juga merasa takut, tetapi ia berusaha menenangkan Yawang dengan sebuah senyuman.

“Tidak apa-apa, salahkan saja aku. Katakan pada mereka aku yang menyuruhmu untuk tidak pulang, semuanya seratus persen salahku. Kalau mereka ingin memukul, pukul saja aku. Kalau mereka ingin marah, bentak saja aku.”

Mereka memakai jaket mereka dengan perlahan dan merapikan pakaian mereka. Yawang merapikan rambutnya di bawah penerangan motel yang remang-remang. Mereka masih tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang luar biasa sebelum mereka sampai di McDonald’s yang dipenuhi lampu di seluruh ruangannya. Bibir Yawang yang sudah dicium berkali-kali oleh Xiao Tian, matanya yang sayu, dan wajahnya yang tersipu malu; siapa saja akan langsung mengetahui apa yang baru saja mereka lakukan. Xiao Tian memerhatikan Yawang dan mulai tersipu. Dia takut, tapi juga senang di saat yang sama. Xiao Tian takut ayahnya akan membentak Yawang, tapi ia senang karena bisa sedekat itu pada Yawang; ia seperti berada dalam mimpi. Xiao Tian bahkan merasa lebih senang karena pada akhirnya ia bisa mengumumkan hubungan mereka. Kalau ibu Yawang menyuruhnya untuk bertanggungjawab, ia pasti akan langsung menyetujuinya.

“Bagaimana bisa kau masih tertawa di saat begini?” Shu Yawang memelototi Xiao Tian. Xiao Tian menggaruk kepalanya dan hanya terus terkekeh. Tidak lama kemudian, sebuah jeep berhenti di depan McDonald’s. Yang pertama keluar dari jeep tersebut adalah Paman Tang. Ketika Xiao Tian melihat ayahnya, ia langsung menegapkan punggung dan berdiri tegak, merasa sedikit gugup melihat wajah ayahnya yang galak. Mengikuti di belakang Paman Tang adalah ayah Yawang, dengan ekspresi yang tidak begitu menyenangkan juga.

Tanpa sepatah kata pun, Paman Tang menendang Xiao Tian, membuat Xiao Tian mundur selangkah. Xiao Tian belum sempat menyeimbangkan kembali badannya dan ayah Yawang sudah beralih meninjunya. Xiao Tian terjatuh dan menabrak kursi di belakangnya.

“Tidak, Paman, jangan pukul dia.” Yawang memohon.

“Dasar pembangkang. Berani-beraninya kau meninggalkan posmu?!” Paman Tang membentak Xiao Tian.

“Aku… Aku tidak…” Xiao Tian mencoba menjelaskan.

“Kau tidak melapor dan tidak juga meminta izin untuk meninggalkan posmu! Kalau ini terjadi di masa perang, kau pasti sudah ditangkap dan dieksekusi!” Paman Tang membentak kemudian menendang Xiao Tian lagi.

“Kenapa kau meninggalkan posmu? Hanya karena kau merindukan seorang gadis? Dasar tentara tidak berguna!” Yawang memerhatikan semua itu dalam diam, air mata mengaliri pipinya. Ayah Yawang menariknya dengan marah.

“Kau masih menangis, benar-benar memalukan! Masuk ke mobil, aku akan menyuruh ibumu untuk mengurusmu begitu sampai di rumah!” Yawang menarik lengan ayahnya dan memohon,

“Ayah, Ayah, beritahu Paman Tang untuk berhenti memukul Xiao Tian.” Ayah Yawang mengabaikannya dan menyeretnya masuk ke dalam mobil, kemudian membalas,

“Kalau dia bukan anak Si Tua Tang, aku pasti sudah membunuhnya! Berani-beraninya menculik putriku, brengsek!”

|PASSION HEAVEN|

Malam itu, keluarga Shu dan keluarga Tang dipenuhi amarah. Ibu Yawang menyuruhnya berlutut di lapangan di taman bermain sepanjang malam dan Paman Tang menyuruh Xiao Tian berlari mengitari taman bermain itu sepanjang malam. Mereka suka menghabiskan waktu bersama-sama, jadi mereka menghabiskan waktu di luar bersama-sama malam itu.

Keesokan harinya, Yawang terkena flu karena berlutut terlalu lama di luar dan Xiao Tian dikirim kembali ke posnya. Yawang, yang sedang beristirahat di tempat tidurnya, menatap Xia Mu yang mengunjunginya. Xia Mu duduk di samping Yawang sambil memakan apel yang diberikan oleh ibu Yawang.

“Kau pantas mendapatkannya.” Yawang tidak punya tenaga untuk bertengkar dengan Xia Mu, jadi ia hanya memelototinya.

“Dasar, setelah aku memperlakukanmu baik-baik selama ini, kau bilang aku pantas mendapatkannya?”

“Bodoh.”

“Kau bilang apa?”

“Tidak tahu sopan santun.”

“Aku akan membunuhmu.” Yawang mencubit pipi Xia Mu dengan sekuat tenaga. Ibu Yawang yang memasuki kamarnya dengan obat-obatan di tangannya memelototi Yawang.

“Yawang, kau mengganggu Xia Mu lagi? Aku akan memotong uang jajanmu untuk dua bulan ke depan!”

“Jangan, aku salah. Jangan potong uang jajanku lagi.” Uang jajan Yawang sudah dipotong untuk empat bulan ke depan karena berbohong, kalau ditambah dua bulan lagi, ia tidak akan mendapat uang jajan untuk setengah tahun.

Dibandingkan dengan keadaan Yawang, keadaan Xiao Tian juga tidak lebih baik. Ia saat ini ditempatkan di sebuah tempat tahanan yang terpencil dan sedang menunggu keputusan apakah ia bisa tetap menjadi seorang tentara atau tidak. Tunas cinta pertama kedua insan pemula itu telah dilemparkan ke dalam sebuah keranjang, dan dari sana, tidak satupun dari mereka yang berani membiarkan tunas itu bertumbuh.